Tuesday, February 28, 2017

Kisah Anak Buah Melihat Soeharto Bak KEBAL PELURU Saat Perang. Selalu BERTEMPUR Dibarisan Depan...!


Patriot NKRI - Kisah-kisah soal pejuang yang kebal peluru ini memang jadi cerita tersendiri di kalangan prajurit selama perang kemerdekaan. Ada yang benar-benar kebal, tapi banyak juga yang akhirnya mati konyol ditembak musuh gara-gara ditipu dukun (Foto Cover: Soeharto dan pasukannya).

Komandan Wehrkreise III Letkol Soeharto memimpin serangan Umum 1 Maret 1949. Dia mencatat prestasi dengan menduduki Kota Yogya selama 6 jam. Serangan Umum 1 Maret berhasil membuka mata dunia tentang aksi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia yang telah merdeka.

Bagaimana aksi Soeharto memimpin pertempuran? Soerjono, salah satu anak buah Soeharto menceritakannya dalam buku 'Pak Harto Untold Stories'.
Baca Juga: Usman & Harun DIGANTUNG, MARINIR Siap TENGGELAMKAN Singapura...Ngeri...! 
Heroik dan Inspiratif..! Kisah 8 Raider Tengkorak Taklukkan Lawan di Timor-Timur
"Pada saat itu, Pak Harto seolah-olah memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Boleh percaya atau tidak, tetapi Pak Harto seperti tidak mempan ditembak. Pak Harto selalu di barisan depan jika menyerang atau diserang Belanda. Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau," ujar Soerjono di halaman 99 buku tersebut.

"Saya ingat kata-kata Pak Harto, kalau takut mati tidak usah ikut perang," terangnya.

Soerjono menyebut serangan umum 1 Maret sudah sangat dipersiapkan secara matang. Sejak sore hari para prajurit TNI telah memasuki Kota Yogyakarta dengan menyusup. Pos komando ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota.

"Sebelum serangan dilakukan, Pak Harto sering mengirim telik sandi (mata-mata) ke Kota Yogyakarta dan Keraton. Para komandan pun sering dipanggil untuk mematangkan strategi perang gerilya," ujar Soejono.
Baca Juga: Mengharukan..! Ketika Linangan Air Mata Bung Karno Iringi Tanda Tangan Vonis Mati Untuk Sang Sahabat Karib
Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene tanda jam malam berakhir berdering, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpin Mayor Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno. Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI mengundurkan diri.

"Saya merasakan langsung kepemimpinan Pak Harto sejak perencanaan hingga pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret," terang Soerjono.
Baca Juga: Aksi Heroik Pierre Tendean Pimpin Pasukan Elite Menyusup Masuk, Sikat, Dan Hancurkan Fasilitas Malaysia...
Kisah-kisah soal pejuang yang kebal peluru ini memang jadi cerita tersendiri di kalangan prajurit selama perang kemerdekaan. Ada yang benar-benar kebal, tapi banyak juga yang akhirnya mati konyol ditembak musuh gara-gara ditipu dukun. 

Sebelum meninggal pada tahun 2008 lalu, Soerjono sempat menyayangkan beberapa orang yang meragukan peranan Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Menurutnya mereka yang mempersoalkan tersebut karena tidak menyukai Soeharto .

"Saya sendiri merasakan keikhlasan Pak Harto pada saat perang dan terus berjuang membangun Indonesia ini. kelak generasi penerus akan melihat nilai-nilai positif yang sudah pasti di Lakukan Soeharto untuk Indonesia," terangnya
Baca Juga: [MINGGU NERAKA]...! Inilah Latihan HELL WEEK Kopaska TNI AL Yang Bikin Dunia Merinding..!

Sumber: merdeka.com 

Bak PASUKAN HANTU, Pasukan JANUR KUNING Muncul Dari Dalam Tanah...MERAYAP MENYERGAP Belanda Yang Masih Terlelap...!!


NKRI Sejati - Pasukan gerilya masuk ke dalam kota sejak tengah malam. Mereka datang dari empat penjuru kota, menuju beberapa titik sentral yang antara lain Malioboro, Stasiun Tugu, dan yang paling sentral adalah pabrik besi Watson. Ini karena dalam pabrik besi tersebut tersimpan sejumlah besar amunisi milik Belanda.

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah bukti bahwa Indonesia tak mau kalah ditindas Belanda. Peristiwa tersebut terjadi dengan sangat mendadak, dengan strategi jitu. 

Keberhasilan pasukan gerilya Republik dalam melancarkan serangan, salah satunya, ditentukan oleh jalur rahasia yang sebenarnya merupakan saluran air bawah tanah, alias gorong-gorong.
Baca Juga: Balada Sang Letnan KEBAL PELURU, Jawara SO 1 Maret, MENANGIS Terisak Dipelukan Jendral Soedirman
Gorong-gorong di Yogyakarta berbeda dengan kota lain di Indonesia. Saluran air bukan di kanan kiri jalan, tetapi ada di bawah jalan. Ukurannya besar, setinggi satu meter hingga tiga meter hingga bisa dilalui dengan cara berlari oleh manusia.

Pasukan gerilya masuk ke dalam kota sejak tengah malam. Mereka datang dari empat penjuru kota, menuju beberapa titik sentral yang antara lain Malioboro, Stasiun Tugu, dan yang paling sentral adalah pabrik besi Watson. Ini karena dalam pabrik besi tersebut tersimpan sejumlah besar amunisi milik Belanda.

Strategi pergerakan pasukan yang digunakan oleh pasukan gerilya agar dapat cepat dan efektif adalah menjalankan perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebelum penyerangan, Sri Sultan memerintahkan kepada Komandan Wehrkreise III Yogyakarta, Soeharto, untuk menyebarkan pasukan dengan menggunakan jalur bawah tanah, berupa gorong-gorong yang berada di bawah kota.
"Fungsi gorong-gorong tersebut adalah sebagai saluran air bawah tanah," ujar Totok Priyanto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Yogyakarta ketika dihubungi merdeka.com beberapa waktu lalu. 

Lokasi gorong-gorong tersebut melingkari Kraton Yogyakarta, terhubung dengan beberapa titik sentral di Kota Yogyakarta. 

"Gorong-gorong tersebut dapat dimasuki lewat pintu-pintu di sekitar Ngasem," ujar Totok melanjutkan.

Dalam serangan gerilya pada tanggal 1 Maret 1949 tersebut, pasukan gerilya menyebar melalui pintu-pintu gorong-gorong yang ada di sekitar keraton. Kemudian mereka menyebar menggunakan jalur-jalur yang terdapat dalam gorong-gorong. Setelah beberapa saat pasukan gerilya menyusuri gorong-gorong, mereka keluar dengan menggunakan pintu yang terbuat dari besi.
Baca juga: Aksi Heroik Dan Menegangkan..! Duel Maut Sampai Mati: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS
Satu per satu prajurit keluar dari gorong-gorong. Kemudian menyebar dan bersembunyi di balik dinding bangunan. Lantas menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan, yaitu ketika sirine dibunyikan di pagi hari.

Pertempuran terjadi selama 6 jam. Pihak Belanda merasa kewalahan karena sifat serangan yang begitu mendadak. Ditambah lagi, Belanda hanya diperkuat dengan kekuatan yang sedikit. Sehingga mereka terpaksa harus mendatangkan bala bantuan dari Magelang. 

Baru siang harinya bantuan itu bisa didatangkan berupa dua batalyon di bawah pimpinan Kolonel Van Zanten. Batalyon tersebut dilengkapi dengan tank dan panser, dibantu serangan udara.

Ketika bantuan tersebut masuk secara perlahan ke Yogyakarta, pasukan gerilya telah meninggalkan Yogyakarta sehingga bantuan yang datang untuk mendukung Belanda menjadi sia-sia.
Baca juga: Mengingat Pertempuran Sengit & Berdarah Kopassus Vs Tropaz, Pasukan "Bengis" Didikan Portugal.
Kini, gorong-gorong tersebut masih terjaga secara baik. Keberadaannya pun selalu dipantau oleh Dinas PU Kota Yogyakarta. 

"Kami selalu melakukan pengawasan, agar gorong-gorong tersebut selalu terjaga," kata Totok.

Sumber: merdeka.com

Sunday, February 26, 2017

PLAAAK...!!! TAMPARAN Lelaki Ini Mendarat KERAS Di Pipi Prabowo Subianto, Mantan Danjen Kopassus.


Patriot NKRI - Tangannya menampar keras pipi mantan Danjen Kopassus tersebut. Namun, tamparan itu tidak membuat Prabowo marah. 

Azwar Syam menjadi sosok yang cukup dibicarakan di Palu, Sulawesi Tengah (Foto cover: Prabowo Subianto, saat berkunjung ke Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (25/02/2017).
Baca Juga: Mantap Jiwa...! Sekali Tendang, Perampok BERPISTOL Penembak Polisi Itu Langsung TEWAS di Kaki Sang PRAJURIT...!
Bagaimana tidak, Azwar seorang pensiunan TNI Angkatan Laut dengan pangkat terakhir kolonel, diketahui sebagai orang yang berani menampar Prabowo Subianto saat berkunjung ke Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (25/2/2017).

Tangan Azwar Syam menampar keras pipi mantan Danjen Kopassus tersebut. Namun, tamparan itu tidak membuat Prabowo marah.

"Saya rindu dengan tamparannya," kata Prabowo Subianto sambil tersenyum.

Ya, Prabowo tengah bernostalgia bertemu Azwar Syam saat melakukan kunjungan ke Palu. Karena itu, saat bertemu Azwar Syam, Prabowo meminta lelaki tua itu menampar pipinya.

Azwar Syam merupakan pelatih Prabowo saat sedang menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan Bersenjata RI atau Akabri.

Azwar Syam dinilai Prabowo sebagai pelatih yang paling keras terhadap para taruna Akabri saat itu. Namun, kerasnya Azwar Syam punya alasan, yaitu bagaimana menanamkan kedisiplinan terhadap para anak didiknya.
Baca Juga: [Video] Jadi JAWARA Tak Terkalahkan, Prajurit Kopassus Ini Malah Bingung...!
Azwar Syam mengenang kisah ketika ia menampar Prabowo kala itu. Suatu ketika saat semua taruna Akabri sedang apel, salah seorang di antara mereka terlambat.

Akhirnya, Prabowo Subianto selaku komandan regu harus mengambil risiko dengan dihukum.

"Saya berikan hukuman berat karena dianggap dia tidak mampu mengurus anak buahnya," tutur Azwar Syam.

Hukuman demi hukuman selalu diberikan oleh Azwar Syam kepada anak begawan ekonomi, Soemitro Djoyohadikusumo, yang sudah terkenal saat itu, termasuk menampar wajah.

"Tamparan itu bukan hanya sekali-dua kali, tetapi berkali-kali," ujar Azwar.

Azwar Syam saat ini menjadi tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Palu. Ia mengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Baca Juga: Mengharukan...! Kisah Prajurit KOSTRAD Yang Menjadi Guru di Perbatasan.
Sejak akhir tahun 1980-an, dia dipindahtugaskan ke Palu sebagai Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut. Dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Sospol Provinsi Sulteng. Di bidang politik, Azwar pernah menjabat sebagai Ketua Golkar pada masa Orde Baru.

Prabowo melakukan kunjungan ke Palu untuk melantik pengurus DPD Partai yang diketuainya di SULTENG  periode 2016-2021.

Saturday, February 25, 2017

FANTASTIS...! Inilah Jumlah Santunan DEATH GRATUITIES Untuk Tentara Dan Aparat Yang Gugur Saat Bertugas.


Patriot NKRI - Di Indonesia kematian tentara dan polisi saat tugas adalah risiko yang tidak bisa dihindari. Kebijakan memberikan santunan uang duka disebut sebagai death gratuities. Yaitu memberikan santunan uang duka bagi keluarga prajurit dan aparat yang tewas saat perang dalam menjalankan tugas negara (Foto cover: Prajurit TNI dan polisi membawa peti jenazah korban jatuhnya Helikopter TNI AD untuk dimakamkan di TMP Kalibata, Jakata, Selasa (22/3/2016)

Mengapa ini penting? Mereka yang ditinggalkan oleh kepala keluarga yang bertugas sebagai tentara atau polisi, tentu membutuhkan sumber kehidupan untuk menjamin kebutuhan. Pemerintah berupaya untuk menjamin kebutuhan itu, baik sementara dan secara permanen. Death gratuities juga menjadi penghargaan dan apresiasi negara terhadap para petugas negara yang meninggal.

Kekerasan Sipil Dan Militer

Dalam laporan tahunan HAM ELSAM tahun 2012 tentang kekerasan sipil dan militer di Indonesia, tercatat ada total 139 peristiwa kekerasan sepanjang 2011. Dari peristiwa kekerasan tersebut menelan 40 korban warga sipil tewas dan 155 luka-luka; 10 polisi tewas dan enam luka-luka, tiga TNI tewas dan 10 luka-luka, dan tiga Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) tewas serta dua luka-luka .
Baca Juga: Heroik..! Kisah 8 Para Raider-305 Tengkorak Taklukkan Lawan di Timor-Timur
Sedang data ELSAM tahun 2013 mencatat delapan kategori kekerasan dengan rincian: total 151 Kekerasan di Papua 2013 peristiwa kekerasan menelan korban 106 warga sipil tewas dan 220 luka-luka; satu polisi tewas dan 10 luka-luka, 13 TNI tewas dan 5 luka-luka; serta terakhir 5 KSB tewas.

Sepanjang 2014 ELSAM mencatat 102 kasus kekerasan dan pelanggran HAM yang dialami oleh warga Papua. Pada 2015 kekerasan juga masih terjadi dan korban sipil maupun militer berjatuhan. Kasus penembakan dan pembunuhan para aktivis di Kabupaten Yahukimo yang diduga dilakukan aparat Brimob pada 20 Maret 2015. 

Kasus penembakan di Kabupaten Dogiyai pada 25 Juni 2015. Kasus amuk massa di Kabupaten Tolikara pada 17 Juli 2015. Kasus penembakan di Kabupaten Timika pada 28 Agustus 2015. Dan kasus penembakan hingga mati di Kabupaten Kepulauan Yapen yang membunuh empat orang. Mereka yang meninggal dan mati akibat kekerasan di Papua bukan hanya orang Papua, bukan hanya kelompok sipil bersenjata, namun juga pihak TNI dan Polri. Petugas negara yang tewas saat tugas mendapatkan santunan uang duka dari negara untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. 
Baca Juga: [Video] Saktinya Prajurit TNI, Sampai Bikin Tentara Negara Asing Melongo...
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 102 Tahun 2015 menggantikan aturan sebelumnya yakni PP Nomor 67 tahun 1991 disebutkan santunan reisiko kematian bagi anggota Polri, TNI dan PNS Kemenhan yang meninggal karena gugur dalam bertugas kini mencapai Rp 400 juta. Sedangkan korban meninggal dalam kategori tewas mendapat santunan Rp275 juta. 

Konflik bersenjata di Indonesia membunuh banyak warga sipil dan militer. Upaya memutus rantai kekerasan ini, seperti di Papua, membutuhkan perubahan cara pandang aparat, politik, dan kebijakan keamanan di Papua, secara mendasar. Namun selama pendekatan keamanan berbasis militer dan represif menjadi pilihan solusi, selamanya, maka potensi kematian putra-putra terbaik dari polisi dan tentara masih terus terbuka.

Tidak semua yang meninggal saat tugas diberikan santunan risiko kematian. Ada beberapa kriteria khusus yang dibuat. Ada kriteria "Gugur" di mana Prajurit dan PNS Kemhan yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugas pertempuran atau tugas operasi di dalam atau di luar negeri sebagai akibat tindakan langsung lawan. 
Baca Juga: Sholat Di Medan Perang Sambil Kokang Senjata, Tentara-Tentara Ini Membuat Gentar..!!. Kamu Harus Lihat Ini..!!
Santunan kematian

Tidak hanya mendapatkan uang dari santunan risiko kematian, keluarga petugas negara yang masuk kategori "gugur" mendapatkan santunan kematian berdasarkan jabatan sebesar Rp17.000.000,00 (tujuh belas juta rupiah); dan sementara untuk bintara dan tamtama Tentara Nasional Indonesia, bintara dan tamtama Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan PNS yang menduduki jabatan pelaksana sebesar Rp15.500.000,00 (lima belas juta lima ratus ribu rupiah). Keluarga yang ditinggal juga mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan untuk anak mereka sebesar 30 juta rupiah. 

Sementara untuk polisi masuk kategori "Gugur" apabila anggota Polri dan PNS Polri yang meninggal dunia dalam tugas kepolisian sebagai akibat dari tindakan langsung lawan atau yang menentang negara atau pemerintahan yang sah. Masing-masing mendapatkan 400 juta rupiah. Misalnya tewas tertembak oleh perampok yang hendak dilumpuhkan. 

Data dari Humas Polda Metro Jaya menyebut sejak 2011 hingga Mei 2016 sebanyak tujuh orang gugur dalam tugas. Mayoritas korban ditembak saat hendak menangkap pelaku tindak kriminal. Beberapa kasus yang tercatat di media adalah kematian personel Polda Metro jaya yang meninggal pada Juni 2011 di kawasan Pondok Gede, Bekasi. Di awal Agustus 2013, anggota Polres Metro Jakarta Selatan meninggal dunia setelah ditembak orang tidak dikenal saat berjaga di Pos Pengamanan Terminal Lebak Bulus.
Baca Juga: NGERI...!! Inilah Sepak Terjang Intel WANITA Korea Utara Yang Pernah Bikin Dunia GEMPAR...!!!
Selang seminggu, insiden serupa terjadi, dua personel Polres Kota Tangerang meninggal dunia setelah ditembak orang tidak dikenal saat hendak kembali ke kantornya usai tugas. Dua peristiwa lainnya terjadi tahun 2016. Data dari Indonesia Police Watch (IPW) mencatat, sepanjang tahun 2015, sebanyak 18 anggota Polri tewas dalam tugas dan sebanyak 74 lainnya luka-luka. Data tersebut dihimpun dari seluruh Indonesia.

Ada beberapa daerah yang dianggap sangat rawan dan berbahaya bagi polisi, yaitu Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, yang pada 2015 terjadi masing-masing empat peristiwa. Disusul Sulawesi Tengah dan Sumatra Utara tiga peristiwa. Selain itu, di Papua, Lampung, Sumatra Selatan, Jawa Timur, dan Gorontalo masing-masing dua peristiwa. Sementara di Jawa Tengah, Yogyakarta, Maluku, dan Nusa Tenggara Barat masing-masing terjadi satu peristiwa. 

Baca Juga:


Sumber: tirto.id

Tuhan Saja MAHA PEMAAF, Apalagi Kita...!


Patriot NKRI - TNI AD memaafkan Iwan Bopeng, yang aksinya menjadi viral di media sosial karena berkata kasar tentang tentara. Kadispen TNI AD Brigjen Sabrar Fadhilah berharap kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.

"Tuhan saja maha-pemaaf, apalagi kita," kata Fadhilah saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (24/2/2017).
Baca Juga: Dor...! Dor...!...Bak DJANGO, Prajurit Sutarmono Robohkan 3 Tentara Belanda di Irian. Heroik...!
Aksi Iwan yang menjadi viral itu terjadi di TPS 26, Kelurahan Palmeriam, Jakarta Timur, saat hari pencoblosan 15 Februari lalu. Ia melontarkan ungkapan emosionalnya kepada seseorang di TPS dengan kata-kata kasar dan menyinggung tentara.

Kata-kata Iwan yang memantik kemarahan netizen adalah 'Itu anak siapa itu, tentara gue potong di sini ya, apalagi elu'. Video yang menggambarkan kemarahan prajurit TNI karena ucapan Iwan juga beredar di dunia maya.

Meski dimaafkan, Fadhilah berharap, permasalahan Iwan Bopeng diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ia juga berharap agar polemik mengenai aksi Iwan Bopeng yang membawa-bawa nama tentara bisa segera mereda.

"Harapannya tidak terulang. Diproses sebagaimana mestinya saja. Saya berharap bisa selesai dengan baik," tuturnya.

Mengenai respons kemarahan prajurit kepada Iwan, Fadhilah menilai itu sebagai hal yang wajar. Sebab, perkataan Iwan memang tidak pada tempatnya.

"Wajar, jadi orang marah karena perkataan yang tidak tepat pada saat yang tidak tepat," ujar Fadhilah.
Baca Juga: LUCU & Dramatis: Kisah Kopassus SERGAP Musuh di Belantara Jabar
Iwan sendiri telah meminta maaf atas aksinya yang kemudian menjadi viral itu. Ucapan tersebut ia unggah lewat YouTube.

Terkait dengan video Iwan Bopeng yang menjadi viral, pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan.

"Ya, diselidiki dulu kebenaran video tersebut. Kan harus tahu dulu video itu benar atau tidak," terang Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dihubungi detikcom, Minggu (19/2).

Baca Juga:


Keberanian Tanpa Tanding...! Biarkan MATAKU Terbuka, Aku Ingin Melihat PELURU Penjajah Menembus Dadaku...!


Patriot NKRI - Suasana mendadak riuh saat dia memberondongkan senapannya ke area tangsi Belanda. Para penghuninya pun panik, bubar, dan lari menyelamatkan diri ke segala penjuru.

Usai menamatkan pendidikan dasarnya, Bote langsung merantau. Pergilah ia ke Manado untuk melanjutkan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)  di Manado. MULO adalah sekolah menengah pada masa pemerintahan kolonial Belanda (Foto cover: ilustrasi hukuman tembak mati). 
Baca Juga: Komando..! Komando..! Semua tiarap..! Tiarap!...Detik-Detik Paling MENEGANGKAN Bagi Kopassus. Dunia Terperangah..!
Bote lulus dari MULO ketika kekuasaan Belanda di Indonesia baru saja berakhir, digantikan oleh pendudukan militer Jepang sejak tahun 1942. Ia kemudian masuk ke dua sekolah sekaligus, yakni sekolah pertanian bentukan Jepang dan Sekolah Keguruan Bahasa Jepang, keduanya di Tomohon.

Mengantongi kemampuan berbahasa Jepang, ia pulang ke Malalayang dan menjadi guru di sana. Bote yang pada saat itu berusia 18 tahun juga mengajar di beberapa daerah lainnya seperti Minahasa, Liwutung, hingga Luwuk Banggai. Tapi, 2 tahun berselang, tak lama setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Bote hijrah ke Makassar.

Di pusat peradaban Sulawesi Selatan itu, Bote atau yang kini sudah cukup dikenal dengan nama aslinya, Robert Wolter Monginsidi, terhenyak karena kemerdekaan yang baru dinikmati sesaat tiba-tiba terancam. Belanda datang lagi dengan wujud anyar: Netherlands Indies Civil Administration alias NICA dengan tujuan berkuasa kembali di Indonesia. 

Tak pelak, darah muda Bote mendidih, dan dengan tegas ia memutuskan untuk ikut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di usianya yang masih remaja. Robert Wolter Monginsidi turut dalam pembentukan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) pada 17 Juli 1946.

Meski masih belia, keberanian Monginsidi sudah teruji. Beberapa kali ia turut dalam peperangan melawan NICA yang bersenjatakan lebih canggih. Kecakapan inilah yang membuatnya dipercaya menjadi salah satu pimpinan LAPRIS. Ia memimpin pasukan sendiri untuk memberikan tekanan terhadap Belanda di Makassar dan sekitarnya.
Baca Juga: HERCULES Sang Mantan PEJUANG NKRI: Kisah dan Fakta SANGAR Preman Yang Pernah Ditakuti Seantero Jakarta.
Secara struktural, jabatan Monginsidi di LAPRIS adalah sekretaris. Namun, ia juga berperan sebagai perencana operasi militer dan tak jarang harus menyamar untuk menentukan sasaran (Agussalim, Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan, 2016:219). Cukup banyak serangan LAPRIS yang berhasil berkat informasi Monginsidi.

Keberanian Tanpa Tanding

Salah satu sudut Kota Makassar itu masih sepi ketika sebuah jip militer milik Belanda menembus sunyi menuju tangsi. Di depan sana, telah menunggu 4 orang, berpakaian tentara juga yang tidak lain adalah Monginsidi bersama 3 pejuang lainnya yaitu Abdullah Hadade, HM Yoseph, dan Lewang Daeng Matari.

Jip dihentikan, Monginsidi menodongkan pistol ke arah kepala satu-satunya orang yang ada di mobil itu, seorang kapten rupanya. Seragam dan tanda pangkat sang kapten dilucuti, lalu dikenakan oleh Monginsidi.

Mobil pun diambil-alih, Monginsidi dan seperkawanan menjalankannya ke arah tangsi. Tak dikenali,mereka berhasil masuk ke kandang musuh. Suasana mendadak riuh saat Monginsidi memberondongkan senapannya ke area tangsi. Para penghuninya pun panik, bubar, dan lari menyelamatkan diri ke segala penjuru.


Baca juga: Aksi Heroik Dan Menegangkan..! Duel Maut Sampai Mati: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS
Salah satu aksi heroik Monginsidi lainnya terjadi sepanjang pekan ketiga Januari 1947. Pasukannya terlibat kontak senjata dengan pihak Belanda dan berhasil memukul mundur lawan (Syahrir Kila, Kelaskaran 45 di Sulawesi Selatan, 1995:87). Beberapa hari kemudian, terjadi saling tembak-menembak lagi. Monginsidi nyaris saja tertangkap, tapi lolos.

Serangkaian perlawanan itu membuat Belanda kini mengenali sosok Monginsidi dan menggelar beberapa kali razia besar-besaran untuk menangkapnya. Tanggal 28 Februari 1947, ia terjaring dan dipenjarakan.

Pada 27 Oktober 1947, kawan-kawan seperjuangan Monginsidi berhasil menyelundupkan 2 granat yang dimasukan ke dalam roti. Granat pun diledakkan, seisi kompleks penjara kacau-balau. Melalui cerobong asap dapur, Monginsidi dan ketiga rekannya berhasil melarikan diri.

Setahun berselang, Monginsidi terkepung di sebuah gang. Ia tidak mengira posisinya diketahui oleh Belanda. Monginsidi sebenarnya punya sebuah granat yang bisa saja ia lemparkan. Tapi, terlalu tinggi risikonya karena gang tempatnya terkepung itu juga menjadi area pemukiman warga. Monginsidi pun akhirnya menyerah demi keselamatan rakyat.
Baca juga: Menegangkan...! 15 Prajurit KOPASKHAS vs Pasukan INTERFET: Kalah Jumlah, GRANAT Siap Bicara dan Tempur HABIS-HABISAN
Tangan dan kaki Monginsidi dibelenggu dengan rantai, kemudian dikaitkan ke dinding tembok tahanan di Kiskampement Makassar. Dalam masa itu, Belanda kerap membujuk Monginsidi agar mau bekerjasama, tapi ia selalu tegas menolak. Akhirnya, pada 26 Maret, ia divonis akan menjalani hukuman mati.

Mati dengan Kebanggaan

Pihak Belanda masih sempat menyarankan kepada Monginsidi mengajukan grasi agar mendapatkan pengampunan, setidaknya lolos dari vonis mati, dengan syarat, ia bersedia bekerjasama. Tapi, Monginsidi tetap tidak mau. Ia memang telah dikhianati, namun ia anti menjadi pengkhianat.

“Minta grasi? Itu berarti mengkhianati keyakinan sendiri dan teman-teman. Salam pada teman-teman. Saya setia sampai mati!” serunya lantang (Yusuf Bauti, Intisari, Maret 1975).

Selama menunggu maut menjemput di sel tahanan, Monginsidi kian mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu, Monginsidi juga sempat mengguratkan sejumlah catatan berisi pesan-pesan perjuangan, bahwa ia pantang menyerah, bahwa ia tak pernah takut maut demi harga diri dan bangsa.
Baca juga: Kalau Kalian Takut, PULANG SAJA...! Biar Saya HADAPI Sendiri...!!: Kisah Perwira AURI TAKLUKKAN Kepungan Ribuan Tentara GHAIB Di Pedalaman Jawa
“Saya telah relakan diri sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan datang. Saya percaya penuh bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa.”

“Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku. Rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata dan darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang kokoh untuk tanah air kita yang dicintai Indonesia.”

Begitu bunyi sebagian guratan pena bermakna Monginsidi dari dalam penjara yang ditulisnya di lembaran kertas dengan judul “Setia Hingga Terakhir dalam Keyakinan”.

Hari penghakiman datang juga. Senin, 5 September 1949 dini hari, Monginsidi dibawa ke hadapan regu tembak. Mata dan hatinya terbuka menghadapi eksekusi. Monginsidi ingin menikmati saat-saat terakhirnya dengan kebanggaan, “Saya jalani hukuman tembak mati ini dengan tenang, tidak ada rasa takut dan gentar demi kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.”

Sesaat sebelum pelatuk ditekan, Monginsidi berucap kepada para algojo di hadapannya, “Laksanakan tugas, saudara! Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan. Saya maafkan saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa saudara-saudara.“

“Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku,“ tambahnya. 
Baca juga: MAY DAY MAY DAY...!! Pak TOLONG Pak, Ada Beberapa Perahu Cepat Mau MEMBAJAK Lagi...!!!
Dan, bersamaan dengan tiga kali pekikan merdeka, 8 peluru menembus raganya: 4 di dada kiri, 1 di dada kanan, 1 di ketiak kiri menembus ketiak kanan, 1 di pelipis kiri, dan 1 di tepat pusar. Monginsidi tersimpuh, gugur pada waktu subuh di umur yang juga masih terbilang dini, 24 tahun. 

Sumber: tirto.id

Thursday, February 23, 2017

MAY DAY MAY DAY...!! Pak TOLONG Pak, Ada Beberapa Perahu Cepat Mau MEMBAJAK Lagi...!!!


Patriot NKRI - Uang US$ 3 juta sudah disetorkan kepada para bajak laut Somalia yang menguasai kapal MV Sinar Kudus dan belasan ABK. Uang itu 'terpaksa' diberikan PT Samudera Indonesia sebagai pemilik kapal demi keamanan para ABK  (Foto Cover: Ilustrasi Perompak Somalia).

Dalam buku 'Satgas Merah Putih: Memburu Perompak Somalia' yang diterbitkan Markas Komando Korps Marinir, terungkap bahwa sebenarnya Tim Satgas Merah Putih sudah siap menyerbu para perompak dan melakukan penyelamatan.
Baca Juga: Inilah DENJAKA: Pasukan ELIT Indonesia Yang Mendapat Label GODZILLA. Seleksinya GILA-GILAAN..!
"Kalkulasi perkiraan korban kurang lebih 17 orang, yaitu 12 orang dari personel pasukan khusus yang melaksanakan ship boarding atau serbuan ke kapal dan kurang lebih 5 orang ABK MV Sinar Kudus atau sandera," demikian penjelasan di buku yang ditulis Emir Saufat seperti dikutip detikcom, Jumat (4/7/2014).

Satgas dikomandani Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin serta pasukan Marinir Denjaka, Pasukan Katak, Tontaipur Kostrad, dan Kopassus sudah siap tempur. Tapi entah mengapa penyergapan yang sejatinya dilakukan pada 15 April tak jadi dilakukan. Alasan utamanya negosiasi masih dilakukan.

Hingga akhirnya, pada 30 April 2011 sesuai kesepakatan dengan para pembajak ditentukan sebagai hari penyerahan uang. Dengan menggunakann pesawat Antonov, parasut uang dijatuhkan ke perairan di sekitar MV Sinar Kudus yang labuh jangkar di perairan Cheel Dhahanan, Laut Arab.

Penyerahan ini diperantarai konsultan Paradin yaitu Joni Yang dan Nick Nash. Konsultan ini yang menjadi jembatan PT Samudera Indonesia dan para pembajak. Seorang perwira dari BIN Kolonel PSK Andrian Watimena berada dalam pesawat itu.

"Setelah dipastikan semua ABK aman, uang dijatuhkan. Para pembajak meminta waktu 5 jam untuk meninggalkan kapal sambil menghitung uang yang diambil dengan kapal kecil mereka," tulis buku itu.

Total ada 35 pembajak di kapal MV Kudus. 16 Menjaga di anjungan kapal dan 17 menghitung uang di geladak. Tapi kesepakatan tinggal kesepakatan, para pembajak ini rupanya seolah ingin memberikan kapal ke kelompok pembajak lain di perairan Eyl Somalia.

Satu persatu dengan perahu kecil, mereka meninggalkan MV Kudus. Tapi ya itu tadi, ada pembajak lain yang datang. MV Sinar Kudus pun meminta bantuan dan sinyal darurat, may day may day. Namun dua KRI Yos-353 dan KRI AHP-355 tak mendengar sinyal itu.

Sinyal darurat itu terpantau USS Brain Bridge DDG 96 yang kemudian memberitahu sinyal darurat itu. 

"May day may day. Pak tolong pak, ada beberapa perahu cepat mau membajak lagi," tulis di buku itu menirukan ucapan para ABK.
Baca Juga: [MINGGU NERAKA]...! Inilah Latihan HELL WEEK Kopaska TNI AL Yang Bikin Dunia Merinding..!
Dansatgasus Merah Putih Mayjen TNI Alfan segera memberi perintah dari KRI Banjarmasin yang masih berjarak cukup jauh dari MV Sinar Kudus. Dua kapal yang lebih dekat itu diminta mengerahkan sea rider dan heli untuk menghalau pembajak yang mendekat.

Lewat kontak radio, Mayjen TNI (Mar) Alfan juga meminta agar para ABK membawa pentungan besi atau apapun menghalau para perompak apabila naik ke atas kapal.

Mengejar Perompak

Beruntung tak lama heli dan sea rider Denjaka datang. Para perompak diberi tembakan peringatan. Sempat terjadi tembak menembak. Dengan sea rider TNI juga mengejar para perompak yang kabur.

Kapal MV SInar Kudus

Pasukan SATGAS Merah Putih
Sejumlah kapal kecil milik para pembajak bisa ditenggelamkan dan para perompak tenggelam di laut. Para perompak yang lain berhasil dipukul mundur dan kembali ke pantai. 
Baca Juga: [Video] Saktinya Prajurit TNI, Sampai Bikin Tentara Negara Asing Melongo...
Kapal MV Sinar Kudus pun kembali dikuasai. 1 Mei 2011 Kolonel Marinir Suhartono pimpinan tim penyerbuan melakukan koordinasi dan pengecekan kelengkapan personel. 4 Perompak dilumpuhkan dan satu skiff yang mengancam MV Sinar Kudus berhasil diamankan.

Sumber: detik.com

Tuesday, February 21, 2017

Tragis...! Begini NASIB Iwan Bopeng SEKARANG...!!!


Patriot NKRI - Perilaku yang ditunjukkan Fredy Tahuney alias Iwan Bopeng di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 27 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, pada hari pelaksanaan Pilkada DKI, Rabu (15/2) lalu, sempat memicu kemarahan dari kalangan prajurit TNI. Kemarahan mereka disebabkan oleh kata-kata Iwan yang dinilai melecehkan tentara.

Berdasarkan penelusuran Republika.co.id, Iwan Bopeng dahulu pernah tinggal di RW 06 Palmeriam. Selama menetap di kawasan tersebut, pria itu tidak terlalu banyak bergaul dengan masyarakat setempat.
Baca Juga: VIDEO: TANTANGAN Sejumlah Orang Dan Anggota TNI Ladeni IWAN BOPENG Yang Ingin Potong Tentara
"Dulu dia (Iwan) tinggal di RT 07 RW 06 ini. Tapi kami tidak tahu pekerjaan sehari-harinya itu apa, karena jarang ada warga di sini yang mau dekat sama dia," kata salah seorang warga RW 06 Palmeriam, Heri Novriadi (29 tahun), kepada Republika.co.id, Selasa (21/2).

Banyak didatangi

Dia menuturkan, sejak kasus Iwan mulai mencuat di media massa, cukup banyak tentara yang menyambangi Palmeriam selama beberapa hari belakangan ini. Sebagian dari mereka ada yang datang menggunakan mobil, ada pula yang mengendarai sepeda motor.

"Sekitar dua hari lalu, saya lihat ada tentara berseragam loreng yang keliling di kawasan ini pakai sepeda motor. Saya pikir, mungkin dia mencari Iwan. Karena beberapa hari sebelumnya juga pernah ada serombongan tentara berpakaian sipil yang nyariin itu orang," ujar Heri.

Menurut lelaki yang berporfesi sebagai pengemudi ojek online itu, kasus Iwan kini sudah menyedot perhatian banyak warga di Ibu Kota, termasuk masyarakat Palmeriam. Di daerah tempat tinggalnya, nama Iwan menjadi kian terkenal sejak videonya menyebar di laman Youtube. "Padahal dulu enggak semua orang di sini tahu sama Iwan. Tapi sejak videonya menyebar di internet, orang-orang jadi pada kenal sama mukanya," kata Heri lagi.

Nama Fredy Tahuney alias Iwan Bopeng kerap mengisi pemberitaan sejumlah media massa di Ibu Kota sepekan terakhir. Itu karena ulahnya yang membuat keributan di TPS 27 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, pada hari pelaksanaan Pilkada DKI 2017. Menurut rekaman video yang tersebar di laman Youtube, Iwan ketika itu sempat mengamuk sambil melontarkan kalimat 'tentara gue potong di sini, apalagi elu'. Tak pelak, kata-katanya itu menuai kemarahan banyak orang, terutama kalangan prajurit TNI.
Baca juga: LUAR BIASA...!! Inilah Berbagai Makanan AJAIB Serdadu TNI: Santap INI, Kamu Akan POWERFUL, KENYANG dan STRONG Seharian...!!!

Iwan Bopeng akan Diperiksa

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar mengatakan penyidik akan memanggil Fredy Tuhenay alias Iwan Bopeng untuk dimintai keterangan terkait ucapan sesumbar terhadap tentara yang kini viral di media sosial.

"Ya toh jelas diperiksa," kata Argo di Polda Metro Jaya, Senin (20/2/2017).

Namun, Argo belum dapat menyebutkan kapan Iwan akan menjalani pemeriksaan. Dia meminta wartawan menunggu kabar.

"Ya tunggu aja nanti. Kami kan sedang penyelidikan," kata dia.

Dari hasil penyelidikan sementara, Argo belum dapat menyimpulkan apakah Iwan Bopeng merupakan tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat atau bukan. Indikasi Iwan Bopeng ada kaitan dengan tim Ahok adalah ketika dia sedang marah-marah saat pencoblosan calon gubernur dan wakil gubernur, dia mengenakan kemeja kotak-kotak khas kampanye Ahok-Djarot.

"Kami kan belum memeriksa dia. Kami harus sesuai fakta. Kalau memang itu nanti dia orang siapa, pendukung siapa, nanti kan ketahuan setelah diperiksa," kata dia.

Iwan Bopeng mencak-mencak di tempat pemungutan suara nomor 27, Jalan Penggalang, gang IV, Kelurahan Palmeriam, RW 10, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (15/2/2017). Dia marah karena ada rekannya yang hak pilihnya tidak diakomodir petugas lantaran dianggap tidak memenuhi persyaratan. Ketika sedang ngomel-ngomel, dia keceplosan. "Siapa tuh anak kecil tadi hey, tentara gue potong di sini, apalagi elu ye..." katanya. Kalimat inilah yang membuat sebagian tentara dan publik mengecamnya habis-habisan.
Baca Juga: Kalau Kalian Takut, PULANG SAJA...! Biar Saya HADAPI Sendiri...!!: Kisah Perwira AURI TAKLUKKAN Kepungan Ribuan Tentara GHAIB Di Pedalaman Jawa
Sebelumnya, tim sukses pasangan Ahok-Djarot, Merry Hotma, membantah jika Iwan Bopeng merupakan tim sukses. 

"Saya belum mendalami itu ya mas. Yang pasti dia bukan tim pemenangan. Dia (Iwan Bopeng) bukan timses. Dia nggak terdaftar di timses Badja (Basuki - Djarot)," ujar Merry Hotma kepada Suara.com. 

Namun, Merry Hotma belum dapat memastikan apakah Iwan Bopeng merupakan kader partai pengusung Ahok - Djarot.

"Itu yang aku belum tahu (Iwan kader parpol atau bukan). Kepastiannya belum tahu. Kalau persisnya kenapa saya kurang begitu mendalami, karena saya kerja di lapangan mengurusi laporan di TPS," kata dia. 

Sekretaris DPW Partai Nasional Demokrat Jakarta Wibi Andrino mengaku tidak mengenal Iwan Bopeng. Dia menegaskan Iwan bukan kader Nasdem. 

"Coba saja cek ke Bu Merry Hotma. Kalau bagian kampanye kan Merry Hotma. Kalau gue lihat bukan orang Nasdem dia (Iwan)," kata Wibi.

Sejak video Iwan Bopeng sesumbar potong tentara viral di media sosial, netizen ikut mengecamnya. Bahkan, setelah Iwan Bopeng mengakui salah dan meminta maaf kepada tentara, netizen terus mencacinya.


Saturday, February 18, 2017

VIDEO: TANTANGAN Sejumlah Orang Dan Anggota TNI Ladeni IWAN BOPENG Yang Ingin Potong Tentara


Patriot NKRI - Penantang Iwan mempertontonkan kehebatan mereka dengan menggesek-gesekkan pedang tajam ke tubuh (Berbahaya: Jangan ditiru..!!).

Bermula dari video yang beredar di hari H Pilkada DKI 15 Februari lalu, video seorang yang disebut bernama Iwan melebar menjadi aksi balas-balasan menantang. Iwan yang saat itu menyebut perkataan yang dinilai menyinggung tentara.
Seperti yang ditayangkan oleh video yang beredar di facebook, Iwan mendatangi TPS 27 di DKI Jakarta bersama rekan-rekannya, ia merasa tak terima dikarenakan rekan-rekannya tidak diperbolehkan mencoblos. 

Pada saat itu, Iwan terlibat adu mulut dengan pihak panitia KPPS. Ketika itu, Iwan sempat menyebutkan kalimat: "Itu anak siapa itu, anak kecil tadi itu. Heh tentara gue potong di sini, apalagi elu ya,". Berikut videonya yang beredar di Youtube:



Atas ulahnya ini, Iwan direspon oleh berbagai netizen. Penantangnya adalah sejumlah sosok mengaku anggota institusi militer dan keluarganya. Mereka menyayangkan sikap Iwan yang tidak memikirkan efek dari ucapannya. 
Video lainnnya banyak beredar dengan nada yang hampir serupa. Yang intinya memperingatkan Iwan agar berhati-hati dalam bersikap, terutama melibatkan lembaga TNI. 

Sebagian besar video yang beredar mempertontonkan kehebatan mereka dengan menggesek-gesekkan pedang tajam ke tubuh. 

PERINGATAN: ADEGAN BERBAHAYA DAN KATA-KATA KURANG SOPAN DI VIDEO INI TIDAK BOLEH DITIRU.......!!

Sejumlah video tantangan lain dari sosok merasa tersinggung atas ucapan Iwan Bopeng juga beredar. Berikut beberapa video yang diunggah di Youtube:



Video lain yang menanggapi ini juga:


Dan ada pula yang menanggapinya dengan cara lucu:



Saat ditelusuri, ternyata Iwan memiliki akun facebook bernama Fredy Tuhenay. Tak berselang lama, akhirnya muncul pula video Iwan yang mengungkapkan permohonan maaf atas ulahnya yang dikatakannya saat itu ia sedang emosi.
Entah, apakah karena ketakutan usai ditantang atau tidak, Iwan Bopeng pun meminta maaf kepada pihak dilecehkan melalui ucapannya.

Permintaan maaf itu disampaikan melalui video.
"Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Saya ingin mengklarifikasi kejadian pada TPS 27, dimana bahwa rekan saya tidak boleh, dihalang-halangi untuk memilih pada saat Pilkada tersebut. Sehingga terjadilah satu benturan-benturan yang sifatnya perdebatan panjang hingga memancing emosi dan saya spontan mengeluarkan suatu kata-kata yang kurang sopan kepada teman-teman tentara. Saya mohon maaf atas kejadian itu dan saya minta maaf tulus dari hati saya kepada teman-teman tentara supaya ini tidak melebar ke mana-mana. Demikian klarifikasi yang saya lakukan. Sekali lagi saya mohon maaf dan kiranya sudi dimaafkan atas permohonan maaf saya kepada teman-teman tentara. Terakhir, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan selamat malam," demikian isi permohonan maaf Iwan Bopeng.
Walau Iwan Bopeng telah meminta maaf, namun dirinya tak henti-hentinya di-bully netizen

Sumber: tribunnews.com | Youtube