Thursday, January 26, 2017

Saat Bambu Runcing Berbalur Kotoran Kuda Berbicara...


Patriot NKRI - Di pagi hari yang dingin, bersama 18 orang kawan-kawannya mereka mengendap-endap di suatu bukit hijau yang mengapit jalan setapak, rute yang dikatakan telik sandi kesatuannya, akan dilewati patroli militer Belanda. Tak ada senjata api kecuali stengun yang dipegang Letnan Anwar (itupun pelurunya terbatas). Semuanya masing-masing hanya memegang sebilah bambu runcing yang dibuat mendadak di hutan Caringin (terletak di tenggara Cianjur) malam harinya. Satu menit, lima menit, seperapat jam, setengah jam waktu terus berlalu dalam sunyi dan tarikan nafas mereka yang tertahan. Suasana tegang mencekam. Itulah situasi yang dituturkan Sjafta (90 th) yang masih ingat kejadian 68 tahun lalu itu. 
Baca Juga: Misteri Dentasemen Harimau: Rajanya Pasukan Khusus Indonesia Paling MISTERIUS
Begitu waktu satu setengah jam berlalu, dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara orang-orang berbicara dalam bahasa Belanda. Rupanya patroli yang mereka tunggu sudah mulai datang. Jumlahnya sekitar 9 prajurit yang sebagian besar bule totok dengan seragam hijau kekuning-kuningan dan senjata api di tangan. ” Mereka berjalan tak teratur, dan dalam posisi lengah…”kata Sjafta. Begitu rombongan tersebut ada di bawah mereka, Letnan Anwar meneriakan aba-aba untuk menyerbu. ” Seraaaaaaaaaaaaaaaangggg!!!”

Belasan anak muda pun berloncatan. Teriakan beringas bersanding dengan jeritan panik para serdadu yang usianya rata-rata sama dengan para penyerang. Bisa dikatakan, penghadangan itu sukses besar: sembilan serdadu musuh ditaklukan dan semua senjatanya berhasil dirampas oleh pasukan Letnan Anwar.

Di tengah minimnya senjata (sepuluh berbanding satu), kalangan petarung republik memilih bambu runcing sebagai alat untuk menghadapi musuh mereka. Sebagai senjata, bambu runcing mulai dikembangkan semasa pendudukan Jepang, yang saat itu dikenal dengan sebutan takeyari. Sejatinya bilah bambu ini digunakan untuk menghadang pasukan payung musuh yang diterjunkan dari udara. Tentara Jepang juga melatih laki-laki dan perempuan cara menggunakan takeyari, yang kalau digunakan biasanya dibarengi teriakan keras dan pekik kemarahan. ” Laiknya seorang prajurit tengah menggunakan senapan bersangkur,” tulis R.H.A. Saleh dalam Mari Bung, Rebut Kembali!
Baca Juga: Wow...! Begini Aksi Raider TNI AD Yang Bikin KAGUM dan TAKJUB. Ranger AS Langsung Minta BERGURU..!
Semasa dididik menjadi perwira Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor pada 1944, almarhum Moestopo pernah menjadikan bambu runcing sebagai tema “disertasi-nya”. Di hadapan para perwira tinggi Jepang, ia berhasil mempertahankan karya tulisnya yang berjudul ‘Penggunaan Bambu Runcing yang Pucuknya Diberi Tahi Kuda Untuk People Defence dan Attack serta Biological War Fare’. Tidak hanya lulus dan menjadi yang terbaik, karyanya ini malah mendapatkan pujian setinggi langit dari militer Jepang saat itu.

Dan memang banyak cara dilakukan oleh para petarung republik untuk menjadikan bambu runcing miliknya “bukan hanya sekadar bambu”. Dalam bukunya bejudul “Guruku Orang-Orang Pesantren”, Syaifuddin Zuhri menyebut figur Kiyai Haji Subkhi, seorang ulama besar di Parakan, Temanggung yang pada masa revolusi kemerdekaan dijuluki sebagai Kyai Bambu Runcing. Julukan itu tercipta karena Kiyai Subkhi menciptakan sejenis bambu runcing yang disepuh doa untuk nantinya digunakan para petarung republik di medan laga.

Uniknya, para petarung yang datang ke Parakan bukan saja berasal dari kalangan santri semata. Para lasykar yang tergabung dalam barisan kaum kiri pun seperti Barisan Banteng di bawah pimpinan dr. Muwardi, Lasykar Rakyat dibawah pimpinan Ir. Sakirman (tokoh PKI) dan Laskar Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) di bawah pimpinan Krissubbanu juga mendatangi Kiyai Subkhi sekadar untuk mendapatkan barokahnya!
Baca Juga: Kisah Penyergapan Dukun PKI: Ngaku KEBAL Senjata...!
Selagi menjadi Panglima Divisi III TRI untuk wilayah Priangan, almarhum Jenderal A.H. Nasution pernah memiliki kisah lucu terkait bambu runcing ini. Pada April 1946, ia berkesempatan menemani Kepala Staf Umum Markas Besar Tentara (MBT) Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo melakukan inspeksi ke wilayah Tanjungsari, Sumedang.

Begitu rombongan Pak Oerip sampai di lapangan, serentak komandan pasukan berteriak: “ Hormat senjataaaaa!”. Namun bukan bedil yang diangkat melainkan bambu runcing. Seolah tidak ada masalah, Pak Oerip membalas sikap hormat itu dengan khidmat layaknya seorang komandan tertinggi terhadap pasukannya. Namun sambil berjalan memeriksa barisan pasukan bambu runcing tersebut, Pak Oerip masih sempat berbisik dalam nada gurauan kepada Pak Nas: “ Nas, kamu suruh aku periksa pagar bambu ya?” 

Sumber: arsipindonesia.com

Wednesday, January 25, 2017

Misteri Dentasemen Harimau: Rajanya Pasukan Khusus Indonesia Paling MISTERIUS


Patriot NKRI - Indonesia memiliki banyak sekali pasukan khusus yang tugasnya untuk mengamankan Indonesia dari teror atau melakukan tugas penting lain yang rahasia. Hampir di setiap satuan militer baik TNI maupun POLRI memiliki satuan yang sangat ahli dalam berperang ini. Sebut saja Dentasemen 88, Koppasus, Paskhas, dan lain sebagainya.
Selain beberapa pasukan khusus di atas, sebenarnya Indonesia memiliki pasukan khusus yang sangat rahasia. Bahkan saking rahasianya, anggota dari pasukan ini pun tidak jelas siapa saja. Meski demikian, pasukan ini dikenal sebagai rajanya pasukan khusus hingga layak disebut sebagai legenda. Berikut uraian selengkapnya tentang Dentasemen Harimau atau sering disebut dengan Den Harin.

Fakta dan Dugaan Keberadaan dari Dentasemen Harimau

Selama ini desas-desus tentang adanya pasukan khusus paling elite di Indonesia dikatakan sebagai hoax belaka. Tidak ada bukti yang menunjukkan adanya eksistensi dari Dentasemen Harimau yang dikenal sangat hebat. Meski demikian, tak sedikit pula yang meyakini bahwa pasukan ini benar-benar ada dan konon dibentuk pada tahun 1986.

Orang yang membentuk pasukan khusus ini adalah Jenderal L.B. Moerdhani dua tahun sebelum menjabat Panglima TNI. Pasukan yang dibentuk ini menampung prajurit hebat dari lingkungan TNI AD, AL, AU, dan POLRI. Semuanya diseleksi ketat agar menghasilkan pasukan yang benar-benar mematikan.

Tugas Pokok Dentasemen Harimau

Dentasemen Harimau memiliki tugas khusus untuk menanggulangi teror-teror yang masuk ke Indonesia. Pasukan ini juga mengawal Presiden meski tidak terafiliasi dengan Paspampres yang sudah sangat terkenal itu. Den Harin dipersiapkan untuk misi lapangan rahasia yang menuntut kemampuan bertarung tingkat tinggi yang tak dimiliki oleh semua pasukan TNI dan POLRI.
Baca Juga: [Video] Jadi JAWARA Tak Terkalahkan, Prajurit Kopassus Ini Malah Bingung...!
Misi utama dari Den Harin adalah melindungi NKRI secara menyeluruh tanpa terkecuali. Jika ada isu serangan, tindakan makar, dan hal-hal negatif lainnya, Den Harin akan datang secara diam-diam dan meringkusnya. Kemampuan perang dari Den Harin mungkin setingkat dengan pasukan pembunuh milik Amerika bernama Phoenix Raven.

Kemampuan yang Harus Dimiliki Anggota Den Harin

Ada dua kemampuan yang harus dimiliki oleh anggota Den Harin. Pertama adalah kemampuan kombatan atau bertarung dan yang kedua adalah nonkombatan. Seorang anggota Den Harin harus mampu bertarung dengan sangat gesit, cekatan dan juga cerdas. Terpenting lagi mereka harus memiliki sikap pemberani dan memiliki loyalitas tinggi pada NKRI.

Kemampuan nonkombatan yang harus dimiliki oleh anggota Den Harin adalah memahami permasalahan sosial, budaya, ekonomi, energi, sains, teknologi, dan bidang lain yang berhubungan dengan negara. Intinya, pasukan ini haruslah seorang yang genius dan memiliki kemampuan hebat dalam bertarung.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pasukan ini sangatlah rahasia. Tak ada yang tahu siapa anggotanya secara resmi. Namun, dari sebuah data yang beredar, anggota dari Den Harin memiliki code name yang berbeda-beda. Misal anggota dari Angkatan Darat ada yang bernama Puma dan Tiger. Sementara itu anggota dari POLRI bernama Phyton dan Viper.

Pasukan khusus ini mendapatkan sokongan dana dari Pemerintah Indonesia melalui TNI, Anggaran pribadi Presiden Soeharto yang saat itu masih menjabat, dan beberapa Jenderal besar serta konglomerat Tionghoa yang dikenal sangat nasionalis. Semua dana akan dikumpulkan untuk latihan, persenjataan, dan misi-misi penting.
Pembubaran Den Harin yang Tiba-Tiba
Den Harin akhirnya secara resmi dibubarkan pada tahun 1995. Selama 9 tahun mengabdi pada Indonesia, pasukan elite Indonesia dianggap sudah purnatugas. Pembubaran Den Harin secara tiba-tiba disinyalir karena ada misi untuk penggulingan Presiden Soeharto. Mengetahui hal buruk yang akan mengenainya, presiden memerintahkan pasukan ini dibubarkan.


Presiden Soeharto
Usai bubar, identitas anggota tetap dirahasiakan. Meski demikian, mantan anggota Den Harin masih diberi kebebasan untuk melakukan tindakan-tindakan rahasia hingga melakukan pembunuhan pada terduga pengganggu negara. Pada tahun 1999, satuan ini dikabarkan dibentuk kembali meski tidak diketahui siapa yang melakukannya. Pun maksud dan tujuannya menjadi rahasia.
Inilah misteri Dentasemen Harimau atau Den Harin yang merupakan pasukan khusus paling rahasia yang dimiliki oleh Indonesia. Benar atau tidaknya pasukan ini tidak ada yang tahu. Tapi yang jelas, pasukan ini sangat hebat dan akan membela NKRI yang merupakan harga mati.

Sumber: boobastis.com

Wow...! Hanya Dengan IKAN ASIN, TNI Kalahkan Pemberontak Yang Sulit Ditumpas


Patriot NKRI - Pemberontakan di Jawa Barat ini merupakan salah satu perlawanan bersenjata yang paling lama ditumpas. Pihak TNI sampai harus berkali-kali mengubah pola operasi.

7 Agustus 1949, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirdjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kekuatan mereka cukup besar. Propaganda pembentukan negara yang berasaskan Islam membuat rakyat Jawa Barat tertarik.
Baca Juga: 3 MENIT paling MENEGANGKAN...! Inilah Aksi HEROIK Kopassus Yang Membuat Dunia Terperangah..!
Awalnya TNI hanya menggelar operasi militer untuk memukul kekuatan DI/TII. Namun cara itu tak efektif, pemberontak masih saja memiliki kekuatan untuk bergerilya.

Maka kemudian selain operasi tempur, TNI menggelar operasi teritorial. Secara persuasif, anggota gerombolan diminta turun gunung dan kembali ke masyarakat. TNI juga aktif melakukan pembangunan dan bakti sosial di desa-desa yang semula mendukung DI/TII. 

Masyarakat mulai berbalik bersimpati pada TNI dan mulai berhenti membantu DI/TII. Ribuan orang berhasil dipanggil untuk kembali ke masyarakat.

Namun tetap ada yang meneruskan perlawanan. Maka TNI bersama rakyat bersama-sama menggelar operasi pagar betis.

Pemberontak DI TII Menyerah
"Kita membangun puluhan pos dengan jarak 25-50 meter mengelilingi gunung. Anggota DI/TII tak bisa meloloskan diri. Mereka terkurung di lereng-lereng. Lama-lama kehabisan makanan," kisah Ajat (82), pensiunan prajurit Kujang Siliwangi yang mengikuti operasi Pagar Betis di sekitar wilayah Tasikmalaya dan Garut.
Baca Juga: Merebus Sepatu Lars Untuk Dimakan Hingga Tergantung di Atas Pohon.
Pria berpangkat Pembantu Letnan Satu itu menceritakan saat itu sebenarnya pasukan DI/TII pun sudah lelah bertempur. Apalagi sebagian keluarga mereka sudah kembali ke pangkuan Republik Indonesia.

TNI tahu pihak DI/TII sudah kelaparan di gunung. Maka setiap malam setiap pos biasanya memasak nasi liwet. Beras yang dicampur santan, bumbu repah dan ikan asin itu wanginya sangat harum saat dimasak. Angin menerbangkan wangi nasi liwet dan ikan asin hingga ke puncak gunung tempat para pemberontak bersembunyi.
Baca Juga: Inilah KOOPSSUSGAB: Pasukan Elite SUPER KILAT, Berkualifikasi Dahsyaat...!
Masyarakat yang mengikuti operasi itu juga seringkali menyanyikan tembang-tembang berbahasa Sunda sambil menunggu nasi dan lauk ikan asin matang. Umumnya tentang rasa persahabatan, kampung dan keluarga. Tujuannya untuk mengetuk hati pemberontak agar mau turun gunung dan kembali ke masyarakat.

"Banyak yang akhirnya menyerah dan turun ke pos-pos di kaki gunung," kata Ajat.

Sumber: merdeka.com

[Video] Jadi JAWARA Tak Terkalahkan, Prajurit Kopassus Ini Malah Bingung...!


Patriot NKRI - Untuk urusan menembak, Beliaulah jagonya. Anggota Grup 3 Kopassus ini tak terkalahkan hingga mendapat ratusan medali dari berbagai perlombaan (Foto Cover: Penembak).

Dialah Peltu Sholeh. Saking banyaknya, Peltu Sholeh sampai bingung menghitung medalinya. Digantung di dinding rumah sampai tak cukup!

Simak videonya berikut ini: 



Sumber: merdeka.com

Tuesday, January 24, 2017

WAJIB Baca...! Bikin HARU dan LUCU...Inilah Perintah Pertama Soekarno Sebagai Presiden RI.


Patriot NKRI - Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI.

Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden.
Baca Juga: Heboh...! Panglima Perintahkan Prajurit TNI Tidur di Rumah Warga, Ada Apa?
Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno . Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki.

"Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno .

Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!"
Baca Juga: Sosok WANITA MISTERIUS Pada PAHATAN Api Obor Monas...Ini Sejarah Dan Kisahnya !
Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI.

Sumber: merdeka.com

Kisah Jenderal TNI: Sang Raja Intel Indonesia, Dibentak Marinir


Patriot NKRI - Meski perannya begitu besar, namun raja intel Indonesia ini sangat misterius. Seakan menjadi sebuah petunjuk, jurnalis di Indonesia tak pernah memasang fotonya. Alhasil, publik tak banyak tahu wajahnya saat dia memegang kendali intelijen, bahkan militer militer sekalipun. Jangankan warga sipil, tentara saja banyak yang tidak tahu sosok Benny Moerdani.

Di era pemerintahan Presiden Soeharto, sosok Benny Moerdani menjadi orang berpengaruh kedua di bawah sang presiden. Dia merupakan salah satu tokoh yang mengorganisir Operasi Seroja ke Timor Timur, dia pula yang mengatur operasi pembebasan sandera Woyla DC-9 di Thailand.
Baca Juga: NGERII..! Inilah Pasukan HANTU KALIMANTAN Yang Bikin Belanda Keok dan Lari Tunggang Langgang..
Tak heran, seorang personel Marinir pernah membentak Benny. Padahal marinir itu berpangkat bintara sementara Benny sudah berpangkat Mayor Jenderal.

Kisah ini bermula ketika Benny memiliki urusan ke markas Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Dia mengendarai mobilnya menuju kantor yang berada di Jalan Merdeka Barat tersebut tanpa mengenakan seragam militer.

Sesampainya di lokasi, Benny langsung memarkirkan kendaraannya di lokasi terdekat dengan pintu masuk. Rupanya hal itu memancing seorang penjaga, yang juga personel Marinir, mendekatinya.

Tanpa pikir panjang, Marinir tersebut langsung membentak dan memintanya memindahkan kendaraannya. Sebab, tempat parkir tersebut hanya diperuntukkan bagi pimpinan militer. Benny yang memakai pakaian sipil hanya diam saja.

Benny lantas memindahkan kendaraannya ke lokasi yang ditunjukkan Marinir tersebut. Meski begitu, Benny tidak marah.
Baca Juga: Mengharukan..! Perjuangan Sang Jenderal KURUS Kering, Bermantel LUSUH, dan Berparu-Paru SEBELAH
"Mungkin memang salah saya sendiri, kok waktu itu pakai pakaian preman," aku Benny.

Kejadian lainnya berlangsung saat dia kembali ke dunia militer usai menjalani tugas diplomatiknya. Meski sudah berbintang dua, namun banyak perwira TNI yang tak bertanya-tanya terhadap dirinya. Kisah ini ditulis dalam buku 'Benny: Tragedi Seorang Loyalis' yang ditulis Julius Pour terbitan Kata Hasta Pustaka tahun 2007.

"Ketika saya sudah berbintang dua, seorang kolonel masih sempat bertanya kepada penjaga Markas Hankam, lho siapa jenderal itu? Perwira ABRI saja enggak kenal saya, apalagi orang luar."

Sebagai orang nomor satu di dunia intelijen, kerahasiaan memang nomor satu. Setidaknya, itulah yang dijalani Benny selama berkecipung di dalamnya.


Baca Juga:

Sumber: merdeka.com

Monday, January 23, 2017

3 MENIT paling MENEGANGKAN...! Inilah Aksi HEROIK Kopassus Yang Membuat Dunia Terperangah..!

 

Patriot NKRI - Keberhasilan ini membuat dunia terperangah. Mereka tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.

Operasi Woyla mengangkat nama Kopassus TNI AD ke jajaran pasukan elite dunia. Saat itu sebenarnya TNI belum punya pasukan khusus yang benar-benar siap untuk misi antiteror. Namun terbukti mereka mampu menjalankan tugas dengan baik dengan pembebasan sandera DC-9 .

Tak ada satu pun sandera yang terluka dalam misi ini. Lima orang pembajak berhasil ditembak mati. Keseluruhan operasi tanggal 31 Maret 1981 ini hanya berlangsung tiga menit.
Baca Juga: Wow...! Begini Aksi HEBAT Raider TNI AD. Ranger AS Langsung Minta BERGURU..!
Keberhasilan ini membuat dunia terperangah. Mereka tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.

Sebenarnya tak cuma pihak asing yang ragu. Kepala Operasi Pembebasan Sandera Letjen Benny Moerdani pun memperkirakan keberhasilan timnya 50:50.

Satu hal yang terungkap, Benny ternyata sudah menyiapkan 17 peti mati dalam operasi itu. Hal itu sesuai dengan perkiraan Benny bakal jatuh banyak korban dalam misi pembebasan sandera.

"Ternyata perkiraan ini meleset, karena seusai operasi penanggulangan teror, hanya diperlukan lima peti jenazah bagi pembajak," kata Letkol Sintong Panjaitan yang memimpin operasi tersebut.

Sintong Panjaitan menceritakan peristiwa tersebut dalam buku biografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku ini ditulis Hendro Subroto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2009.

Aksi Pembajakan

"Komando! Komado! Semua tiarap! Tiarap!"

eriakan itu mengejutkan semua orang di dalam kabin pesawat DC-9. Jam menunjukkan pukul 02.45 waktu Bangkok. Secara cepat tim penyergap antiteror menerobos masuk pesawat.

Tembakan senapan serbu semiotomatis terdengar menyalak beberapa kali. Drama penyanderaan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand itu berakhir dalam waktu tiga menit.

Penyanderaan pesawat Garuda GA-206 'Woyla' rute Jakarta-Medan itu dimulai Sabtu 28 Maret 1981. Setelah transit di Palembang, tiba-tiba seorang pria berpistol memasuki ruangan kokpit.
Baca Juga: Sekali Poles...! Gembong PKI KEBAL PELURU Ini TUMBANG di Tangan Sang Letnan.
Kapten Pilot Herman Rante dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka. Namun Herman menjelaskan bahan bakar pesawat tak cukup. Akhirnya pesawat mendarat di Penang, lalu kemudian menuju Bandara Don Muang, Bangkok.


Pihak intelijen Indonesia menyebut kelima orang pembajak berasal dari kelompok Komando Jihad. Mereka adalah Zulfikar T Djohan Mirza, Sofyan Effendy, Wendy Mohammad Zein, Mahrizal dan Mulyono.

Pembajak menuntut pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus. Antara lain penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980. Selain itu, mereka juga meminta uang USD 1,5 juta.

Presiden Soeharto menjawab tuntutan itu dengan aksi militer. Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani menjelaskan keberhasilan operasi militer adalah 50:50.

Masalahnya saat itu seluruh kekuatan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha. Para pasukan yang sudah melakukan latihan antiteror malah sedang mengikuti Latgab di Ambon.

Perwira paling senior di Markas Baret Merah itu tinggal Letkol Sintong Panjaitan. Perwira menengah tersebut tak ikut ke Ambon karena kakinya patah saat mengikuti latihan terjun payung. Untuk berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat. 

Kini dia yang harus memimpin operasi pembebasan sandera itu. Uniknya, Sintong akhirnya memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.

"Masak komandan memimpin operasi militer pakai tongkat," kata Sintong.

Dalam waktu singkat Sintong memilih pasukan yang tersedia di Mako Kopasandha. Seluruh prajurit baret merah yang kelak bernama Kopassus ini bersemangat mengikuti operasi tersebut.
Baca Juga: Si GANTENG, Direktur AKADEMI MILITER Tangerang, PERWIRA Berusia 17 Tahun. GUGUR Diberondong Peluru
Sintong sadar. Waktu melatih pasukan ini cuma beberapa hari. Selama tim berlatih di Hanggar Garuda, pemerintah Indonesia terus melobi Kerajaan Thailand agar diperbolehkan menggelar operasi militer.

Tanggal 30 Maret 1981 pasukan bertolak ke Bangkok. Sambil menunggu jam 'J' mereka terus berlatih.

Akhirnya lampu hijau diberikan pemerintah Thailand. Pasukan Komando Indonesia diberi izin melakukan operasi militer di Bandara Don Muang. Disepakati waktu penyerangan adalah jam 03.00.

Namun diputuskan waktu penyerangan dimajukan. Dengan sigap para prajurit itu melakukan tugasnya. Lima orang pembajak ditembak mati. Tak ada satu pun sandera yang terluka.

Pembebasan yang dramatis

Lima pembajak yang ditembak adalah Abdullah Mulyono, Wendy Mohammad Zein, Zulfikar, Mahrizal dan Abu Sofyan.

Dalam operasi tersebut, Abdullah Mulyono sempat berusaha merebut senjata tim penyerbu. Namun dia ditendang keluar dan tergelicir lewat peluncur. Mulyono segera ditembak sub tim yang berjaga di bawah hidung pesawat.

Sementara itu Wendy Mohammad Zein ditembak di dekat pintu darurat. Pembajak lainnya, Zulfikar, berusaha melarikan diri lewat sayap pesawat. Namun dia dipergoki dan tewas dihantam peluru M-16 tim yang berjaga di luar pesawat.

Perlawanan paling seru diberikan Mahrizal, dia sempat menembak jatuh anggota tim antiteror Capa Ahmad Kirang. Tembakan itu melukai perut bawah Kirang. Mahrizal juga menembak seorang lainnya, namun mengenai rompi anti peluru. Pasukan Komando segera membalas dengan tembakan senapan MP5 hingga Mahrizal tewas di dekat Pramugari.
Baca Juga: Kisah HEROIK Mayor Dimara: Bikin Presiden Soekarno KAGUM, Hingga Bikin Patung Raksasa
Satu yang terakhir, Abu Sofyan, berniat meloloskan diri. Dia ikut turun bersama para penumpang yang dievakuasi keluar pesawat. Namun seorang penumpang mengenali Abu Sofyan dan berteriak.

Abu Sofyan berlari menjauhi pesawat. Namun dengan sigap pasukan antiteror segera menembaknya. Dia tewas seketika.

Keberhasilan misi itu diwarnai duka. Capa Ahmad Kirang dan Kapten pilot Herman Rante yang tertembak tewas beberapa hari kemudian di rumah sakit. Keduanya dimakamkan di Taman Pahlawan Nasional. Kopassus mendirikan monumen Ahmad Kirang di Markas Sat-81 Gultor Cijantung.

Sumber: merdeka.com

Komando..! Komando..! Semua tiarap..! Tiarap!...Detik-Detik Paling MENEGANGKAN Bagi Kopassus. Dunia Terperangah..!

 

Patriot NKRI - Keberhasilan ini membuat dunia terperangah. Mereka tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.

Operasi Woyla mengangkat nama Kopassus TNI AD ke jajaran pasukan elite dunia. Saat itu sebenarnya TNI belum punya pasukan khusus yang benar-benar siap untuk misi antiteror. Namun terbukti mereka mampu menjalankan tugas dengan baik dengan pembebasan sandera DC-9 .

Tak ada satu pun sandera yang terluka dalam misi ini. Lima orang pembajak berhasil ditembak mati. Keseluruhan operasi tanggal 31 Maret 1981 ini hanya berlangsung tiga menit.
Baca Juga: Wow...! Begini Aksi HEBAT Raider TNI AD. Ranger AS Langsung Minta BERGURU..!
Keberhasilan ini membuat dunia terperangah. Mereka tak menyangka pasukan Indonesia bisa melakukan operasi khusus yang selama ini baru dilakukan militer negara maju.

Sebenarnya tak cuma pihak asing yang ragu. Kepala Operasi Pembebasan Sandera Letjen Benny Moerdani pun memperkirakan keberhasilan timnya 50:50.

Satu hal yang terungkap, Benny ternyata sudah menyiapkan 17 peti mati dalam operasi itu. Hal itu sesuai dengan perkiraan Benny bakal jatuh banyak korban dalam misi pembebasan sandera.

"Ternyata perkiraan ini meleset, karena seusai operasi penanggulangan teror, hanya diperlukan lima peti jenazah bagi pembajak," kata Letkol Sintong Panjaitan yang memimpin operasi tersebut.

Sintong Panjaitan menceritakan peristiwa tersebut dalam buku biografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku ini ditulis Hendro Subroto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2009.

Aksi Pembajakan

"Komando! Komando! Semua tiarap! Tiarap!"

Teriakan itu mengejutkan semua orang di dalam kabin pesawat DC-9. Jam menunjukkan pukul 02.45 waktu Bangkok. Secara cepat tim penyergap antiteror menerobos masuk pesawat.

Tembakan senapan serbu semiotomatis terdengar menyalak beberapa kali. Drama penyanderaan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand itu berakhir dalam waktu tiga menit.

Penyanderaan pesawat Garuda GA-206 'Woyla' rute Jakarta-Medan itu dimulai Sabtu 28 Maret 1981. Setelah transit di Palembang, tiba-tiba seorang pria berpistol memasuki ruangan kokpit.
Baca Juga: Sekali Poles...! Gembong PKI KEBAL PELURU Ini TUMBANG di Tangan Sang Letnan.
Kapten Pilot Herman Rante dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka. Namun Herman menjelaskan bahan bakar pesawat tak cukup. Akhirnya pesawat mendarat di Penang, lalu kemudian menuju Bandara Don Muang, Bangkok.


Pihak intelijen Indonesia menyebut kelima orang pembajak berasal dari kelompok Komando Jihad. Mereka adalah Zulfikar T Djohan Mirza, Sofyan Effendy, Wendy Mohammad Zein, Mahrizal dan Mulyono.

Pembajak menuntut pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus. Antara lain penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980. Selain itu, mereka juga meminta uang USD 1,5 juta.

Presiden Soeharto menjawab tuntutan itu dengan aksi militer. Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani menjelaskan keberhasilan operasi militer adalah 50:50.

Masalahnya saat itu seluruh kekuatan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha. Para pasukan yang sudah melakukan latihan antiteror malah sedang mengikuti Latgab di Ambon.

Perwira paling senior di Markas Baret Merah itu tinggal Letkol Sintong Panjaitan. Perwira menengah tersebut tak ikut ke Ambon karena kakinya patah saat mengikuti latihan terjun payung. Untuk berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat. 

Kini dia yang harus memimpin operasi pembebasan sandera itu. Uniknya, Sintong akhirnya memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.

"Masak komandan memimpin operasi militer pakai tongkat," kata Sintong.

Dalam waktu singkat Sintong memilih pasukan yang tersedia di Mako Kopasandha. Seluruh prajurit baret merah yang kelak bernama Kopassus ini bersemangat mengikuti operasi tersebut.
Baca Juga: Si GANTENG, Direktur AKADEMI MILITER Tangerang, PERWIRA Berusia 17 Tahun. GUGUR Diberondong Peluru
Sintong sadar. Waktu melatih pasukan ini cuma beberapa hari. Selama tim berlatih di Hanggar Garuda, pemerintah Indonesia terus melobi Kerajaan Thailand agar diperbolehkan menggelar operasi militer.

Tanggal 30 Maret 1981 pasukan bertolak ke Bangkok. Sambil menunggu jam 'J' mereka terus berlatih.

Akhirnya lampu hijau diberikan pemerintah Thailand. Pasukan Komando Indonesia diberi izin melakukan operasi militer di Bandara Don Muang. Disepakati waktu penyerangan adalah jam 03.00.

Namun diputuskan waktu penyerangan dimajukan. Dengan sigap para prajurit itu melakukan tugasnya. Lima orang pembajak ditembak mati. Tak ada satu pun sandera yang terluka.

Pembebasan yang dramatis

Lima pembajak yang ditembak adalah Abdullah Mulyono, Wendy Mohammad Zein, Zulfikar, Mahrizal dan Abu Sofyan.

Dalam operasi tersebut, Abdullah Mulyono sempat berusaha merebut senjata tim penyerbu. Namun dia ditendang keluar dan tergelicir lewat peluncur. Mulyono segera ditembak sub tim yang berjaga di bawah hidung pesawat.

Sementara itu Wendy Mohammad Zein ditembak di dekat pintu darurat. Pembajak lainnya, Zulfikar, berusaha melarikan diri lewat sayap pesawat. Namun dia dipergoki dan tewas dihantam peluru M-16 tim yang berjaga di luar pesawat.

Perlawanan paling seru diberikan Mahrizal, dia sempat menembak jatuh anggota tim antiteror Capa Ahmad Kirang. Tembakan itu melukai perut bawah Kirang. Mahrizal juga menembak seorang lainnya, namun mengenai rompi anti peluru. Pasukan Komando segera membalas dengan tembakan senapan MP5 hingga Mahrizal tewas di dekat Pramugari.
Baca Juga: Kisah HEROIK Mayor Dimara: Bikin Presiden Soekarno KAGUM, Hingga Bikin Patung Raksasa
Satu yang terakhir, Abu Sofyan, berniat meloloskan diri. Dia ikut turun bersama para penumpang yang dievakuasi keluar pesawat. Namun seorang penumpang mengenali Abu Sofyan dan berteriak.

Abu Sofyan berlari menjauhi pesawat. Namun dengan sigap pasukan antiteror segera menembaknya. Dia tewas seketika.

Keberhasilan misi itu diwarnai duka. Capa Ahmad Kirang dan Kapten pilot Herman Rante yang tertembak tewas beberapa hari kemudian di rumah sakit. Keduanya dimakamkan di Taman Pahlawan Nasional. Kopassus mendirikan monumen Ahmad Kirang di Markas Sat-81 Gultor Cijantung.

Sumber: merdeka.com

Balada Ketika R.A. Kartini Kepincut Haji Agus Salim Muda


Patriot NKRI - AGUS Salim muda pernah membuat Raden Ajeng Kartini kepincut. Anak pintar yang sebelum masuk ke gelanggang politik, lama jadi wartawan.

Di balik sumbangan besar pemikiran Haji Agus Salim untuk bangsa Indonesia, ada kecerdasannya yang luar biasa. Mohammad Natsir menyebut, kalau hendak menggunakan kualifikasi intelektual brilian pada salah satu putra Indonesia, maka yang paling pertama tepat ialah pada Haji Agus Salim.
Baca Juga: Heboh...! Panglima Perintahkan Prajurit TNI Tidur di Rumah Warga, Ada Apa?
Lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq, sohor di rantau dengan nama Haji Agus Salim. Pada tahun 1891, ketika usia Agus Salim menginjak tujuh tahun, dimasukinya sekolah dasar Belanda, yaitu ELS (Europeesche Lagere Scholl) di Bukittinggi. Ketika Agus Salim duduk di bangku ELS, kecerdasan otaknya telah menarik perhatian guru-gurunya orang Belanda, rasa simpati mereka terlihat dengan permintaan ingin membina dan mengarahkan Agus Salim sepenuhnya baik di sekolah maupun di rumahnya.

Namun permintaan tersebut ditolak oleh kedua orang tua Agus Salim. Hanya diizinkannya ketika saatnya makan pagi, siang dan malam, ditambah waktu sesudahnya, boleh tinggal di rumah orang tuanya.

Pada usia 13 tahun, sesudah tamat dari ELS dengan gemilang (1898), Agus Salim berangkat menuju Jakarta melanjutkan sekolahnya. Dengan kapal laut ditinggalkannya kampung halaman, ayah ibunya, dan sanak familinya pergi merantau ke daerah seberang. Selanjutnya dimasukinya HBS (Hoger Burgelijke School),yaitu sekolah menengah Belanda di Jakarta.
Baca Juga: Balada Sang Letnan KEBAL PELURU, MENANGIS Terisak Dipelukan Jendral Soedirman
Dalam tempo lima tahun, Agus salim selesai dan berhasil menempuh ujian di HBS (1903) dengan nilai terbaik sekaligus menjadi juara. Dia adalah siswa terbaik dari tiga HBS di Hindia Belanda ketika itu. 

Saat itu dapat dikatakan hampir tidak ada anak pribumi yang duduk di bangku HBS, terkecuali dari Agus Salim dan P.A.Hoesein Djajaningrat (Doktor pertama di Indonesia), dan yang lain anak-anak bangsa Eropa. Kecerdasan otaknya yang luar biasa diakui oleh gurunya yang juga oleh sarjana-sarjana Belanda. Bahkan menurut ramalan-ramalan gurunya, kelak kemudian hari Agus Salim menjadi orang penting bagi bangsanya.

Sepucuk Surat Kartini

Saat berusia 19 tahun, namanya sudah disebut-sebut. Kecerdasannya membuat Raden Ajeng Kartini kepincut.

“Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda. Kami ingin melihat dia dikarunia bahagia. Anak muda itu namanya Salim,” tulis Kartini dalam sepucuk surat kepada Ny. Abendanon, 24 Juli 1903, termuat dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
Baca Juga: MANTAP JIWA...! Inilah Deretan Senjata-Senjata LEGENDARIS KOPASSUS. [Nomor 5 Sangat SPESIAL] Kamu Wajib Tahu...!
Agus Salim, lanjut Kartini, “dalam tahun ini (1903–red), mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS!”

HBS singkatan dari Hogere Burger School, sekolah menengah atas lima tahun. Ketiga-tiga HBS yang dimaksud Kartini; Jakarta, Semarang dan Surabaya.

“Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan,” sambung Kartini.

Lulusan terbaik  (HBS) 1903 itu bukan tak berusaha. Pernah mengajukan beasiswa, namun ditolak.

Kartini mengalihkan beasiswa

Kartini mengalihkan beasiswa ke Belanda yang didapatnya dari pemerintah kepada Agus Salim. Pemerintah setuju. Tapi, pemuda yang pandai berbahasa Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jepang dan Jerman itu menolak.

Rupanya, Agus Salim menganggap cara yang demikian itu adalah penghinaan terhadap dirinya. Akhirnya tawaran itupun ditampiknya seraya mengatakan: "Kalau pemerintah mengirim saya karena anjuran kartini, bukan karena kemauan pemerintah sendiri, lebih baik tidak," dikutip dari buku Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan. Sejak peristiwa itu, diputuskannya minat untuk tidak melanjutkan sekolah.

Baik Kartini, pun Agus Salim sama-sama tak berangkat ke Belanda. Raden Ajeng kita menikah dan menetap di Jawa lantaran perjodohan yang diatur orang tuanya.

Agus Salim berangkat ke Arab, kerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda, sembari berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, imam besar Masjidil Haram–guru Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Hasyim Asyari (pendiri NU).

Pada 1912 dia pulang kampung ke Koto Gadang. Sempat mendirikan sekolah, tiga tahun kemudian merantau lagi ke Jawa dan memulai karir di bidang jurnalistik.
Baca Juga: Aksi Heroik Dan Menegangkan..! Duel Maut Sampai Mati: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS
Wartawan Pergerakan

“Agus Salim diangkat sebagai pemimpin redaksi bahasa Melayu pada Commissie voor de Volkslectuur yang kelak berkembang menjadi Balai Pustaka,” tulis St. Sularto, dalam buku biografi Agus Salim.

Ajip Rosidi dalam Penerbitan Buku Bacaan dan Buku Sastra di Indonesia, termuat dalam Prisma, No. 4, Thn. VII, 1979 menulis, nama lembaga itu dirubah jadi Balai Pustaka atas usul Haji Agus Salim yang bekerja di sana sejak 1917 hingga 1919.

Di samping Balai Pustaka, lelaki yang di kemudian hari mejadi pimpinan Sarekat Islam (SI) itu juga bekerja sebagai redaktur surat kabar Bendera Islam dan redaktur Bataviaasch Niewsblad.

Saat aktif di Sarekat Islam, dia mendirikan dan “menjadi pemimpin redaksi surat kabar Hindia Baroe (Jakarta) dan Fadjar Asia (Yogyakarta) yang didirikannya bulan November 1927 bersama HOS Tjokroaminoto,” tulis St. Sularto.

Agus Salim memainkan perang sebagai juru runding ketika Republik Indonesia baru merdeka. Dia dijuluki diplomat ulung.

Baca Juga: 


Sumber: Merdeka.com | JPNN | Liputan6.com

Sunday, January 22, 2017

Heboh...! Panglima Perintahkan Prajurit TNI Tidur di Rumah Warga, Ada Apa?


Patriot NKRI - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta prajuritnya untuk tinggal dan tidur di rumah warga guna menjalankan program TNI Manunggal Masuk Desa (TMDD) . Selain itu, mereka juga diminta menyajikan masakan untuk dimakan bersama-sama warga. Harapannya, agar rasa kekeluargaan antara TNI dengan warga makin terjalin.
Baca Juga: WOW...! Karena INDONESIA, Amerika KALAH Perang di Vietnam. Ternyata Ini RAHASIANYA...!
"Selama TMMD para prajurit saya perintahkan tidur di rumah penduduk, kemudian uang lauk pauknya dimasak dan dimakan bersama penduduk di mana prajurit tersebut tinggal. Dari situ diharapkan terjalin kekeluargaan dan persaudaraan dengan masyarakat," kata Gatot dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (21/1).

Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat membuka Rapat Paripurna TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa) ke-37 TA. 2016, bertempat di GOR Ahmad Yani Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (20/1/2017).

Baca Juga: Aksi Heroik Dan Menegangkan..! Duel Maut Sampai Mati: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS 
Gatot berharap, kehadiran program TMMD bukan sekadar menghadirkan bangunan fisik. Tetapi, menurut dia, yang lebih penting dari itu adalah terbangunnya semangat gotong royong, meningkatnya kepedulian sosial dan semangat kebersamaan membangun desa sebagai basis ketahanan wilayah menuju ketahanan nasional.

"Semangat kejiwaan TMMD adalah semangat gotong royong sebagai ciri dan budaya bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain," ujarnya.
Baca Juga: Inilah KOOPSSUSGAB: Pasukan Elite SUPER KILAT, Berkualifikasi Dahsyaat...!
Selain itu, pelaksanaan Program TMMD diharapkannya bisa memberi nilai tambah dalam prestasi kerja. Program tersebut juga diharapkan menjadi pemantik terbangunnya kondisi sosial, wawasan kebangsaan, ketahanan masyarakat, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

"Kita perlu terus bangun komunikasi sosial dengan masyarakat desa, agar pembangunan di desa dapat terlaksana dengan cepat sesuai harapan rakyat," ujarnya.